Raja Indonesia Sekarang
Video: Digitalisasi, Tekan Biaya Operasional & Bikin Apotek Lebih Cuan
TRIBUNNEWS.COM - Ratu Elizabeth II telah meninggal dunia pada usia 96 tahun, Kamis (8/9/2022) di Kastil Balmoral, Skotlandia.
Elizabeth II merupakan raja terlama di Inggris, yang memerintah selama 70 tahun.
Dengan meninggalnya Ratu Elizabeth II, maka Pangeran Charles akan menjadi penerus takhta Kerajaan Inggris sebagai Raja Charles III.
Britania Raya adalah monarki konstitusional, di mana raja berbagi kekuasaan dengan pemerintah yang terorganisir secara konstitusional.
Raja atau ratu yang memerintah adalah kepala negara.
Semua kekuatan politik berada di tangan perdana menteri (kepala pemerintahan) dan kabinet, dan raja harus bertindak atas saran mereka.
Baca juga: Prosesi Pemakaman Ratu Elizabeth II akan Berlangsung Selama 10 Hari
Berikut ini daftar raja dan ratu Inggris dari pertama hingga sekarang, dikutip dari Britannica:
Egbert: Dinasti Saxon (802-839 M)
Aethelwulf: Saxon (839-856/858 M)
Aethelbald: Saxon (855/856-860 M)
Aethelberht: Saxon (860-856/866 M)
Aethelred I: Saxon (865/866-871 M)
Alfred the Great: Saxon (871-899 M)
Belanja di App banyak untungnya:
Jam akan update secara otomatis jika anda menyalakan JavaScript di browser anda.
Jumat, 13 Desember 2024, minggu 50
PWMJATENG.COM – Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sejarah yang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Salah satu elemen penting dalam sejarah Indonesia adalah keberadaan kerajaan-kerajaan Islam yang memainkan peran krusial dalam perkembangan politik, ekonomi, dan budaya di Nusantara. Raja-raja Islam di Indonesia tidak hanya berperan sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai penyebar agama dan penjaga stabilitas sosial di wilayah kekuasaannya.
Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan. Para pedagang dari Arab, Persia, dan India membawa ajaran Islam bersamaan dengan barang dagangan mereka. Seiring waktu, ajaran Islam mulai diterima oleh penduduk lokal, terutama di pesisir utara Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Proses Islamisasi ini kemudian didukung oleh berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat penyebaran agama.
Menurut sejarawan Anthony Reid, “Islamisasi di Asia Tenggara adalah proses yang unik karena berlangsung melalui perdagangan, pernikahan, dan patronase politik, bukan melalui penaklukan militer.” Hal ini memungkinkan Islam untuk tumbuh dan berkembang dengan cara yang damai, serta berakulturasi dengan budaya lokal yang sudah ada.
Kerajaan Samudera Pasai di Aceh dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, didirikan pada awal abad ke-13. Sultan Malik al-Saleh, raja pertama Samudera Pasai, memeluk Islam dan menjadikan kerajaan ini sebagai pusat penyebaran agama di wilayah Sumatera. Samudera Pasai menjadi penting tidak hanya karena peran politiknya, tetapi juga sebagai pusat perdagangan internasional yang menghubungkan Nusantara dengan Timur Tengah dan India.
Dalam konteks ini, Kerajaan Samudera Pasai memainkan peran penting dalam membangun jaringan perdagangan maritim yang luas dan mempromosikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Sejarawan Denys Lombard menyatakan bahwa “Samudera Pasai adalah contoh nyata dari bagaimana Islam mampu beradaptasi dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang heterogen di Nusantara.”
Pada abad ke-15, Kesultanan Demak muncul sebagai kekuatan politik dan agama di Jawa. Didukung oleh Wali Songo, para ulama yang berperan dalam penyebaran Islam di Jawa, Kesultanan Demak menjadi kerajaan Islam pertama di pulau tersebut. Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, memainkan peran penting dalam mengkonsolidasikan kekuatan politik Islam di Jawa, serta mendukung penyebaran ajaran Islam ke wilayah-wilayah sekitarnya.
Kesultanan Demak juga berperan dalam mengintegrasikan elemen-elemen budaya lokal dengan ajaran Islam, menciptakan tradisi Islam yang unik di Jawa. Dalam bukunya, “Islam in Java”, Clifford Geertz menyebutkan bahwa “Islam di Jawa berkembang dengan cara yang sinergis, di mana ajaran agama diadaptasi dengan tradisi dan budaya lokal, menciptakan bentuk Islam yang khas di Nusantara.”
Kesultanan Aceh Darussalam di Aceh, yang berdiri pada abad ke-16, adalah salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Indonesia. Sultan Iskandar Muda, salah satu raja terbesar Kesultanan Aceh, memperluas wilayah kekuasaan dan memperkuat posisi Aceh sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Nusantara bagian barat. Aceh juga dikenal sebagai “Serambi Mekkah” karena peran sentralnya dalam menghubungkan Nusantara dengan dunia Islam, terutama dalam hal pendidikan agama dan ibadah haji.
Menurut Azyumardi Azra, seorang sejarawan dan cendekiawan Islam Indonesia, “Kesultanan Aceh adalah contoh bagaimana Islam dan politik dapat berintegrasi untuk membangun kekuatan regional yang berpengaruh. Aceh tidak hanya menjadi benteng pertahanan Islam di Nusantara, tetapi juga pusat intelektual Islam yang melahirkan banyak ulama dan cendekiawan.”
Di wilayah timur Indonesia, Kesultanan Ternate dan Tidore memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dan pengendalian jalur perdagangan rempah-rempah. Kedua kesultanan ini bersaing, namun juga bekerja sama dalam mempertahankan kedaulatan mereka melawan penjajah Eropa. Sultan Baabullah dari Ternate dikenal sebagai salah satu pemimpin yang berhasil mengusir Portugis dari wilayah Maluku dan memperkuat posisi Islam di kawasan tersebut.
Sejarawan MC Ricklefs mencatat bahwa “Kesultanan Ternate dan Tidore tidak hanya memainkan peran dalam perdagangan, tetapi juga dalam menyebarkan Islam di wilayah timur Indonesia, membentuk jaringan diplomasi yang kuat dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara.”
Raja-raja Islam di Indonesia meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi bangsa ini. Mereka tidak hanya membentuk identitas politik dan agama Nusantara, tetapi juga berkontribusi dalam perkembangan budaya, ekonomi, dan sosial yang masih terasa hingga kini. Keberadaan kerajaan-kerajaan Islam ini menunjukkan bagaimana Islam di Indonesia berkembang dengan cara yang unik, berakulturasi dengan budaya lokal, dan menciptakan kekuatan politik yang signifikan di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, warisan raja-raja Islam ini terus menjadi bagian penting dari identitas dan sejarah Indonesia. Dengan memahami sejarah kerajaan-kerajaan Islam ini, kita dapat menghargai lebih dalam kontribusi mereka dalam membentuk bangsa Indonesia yang beragam, inklusif, dan penuh toleransi.
Masa lalu yang kaya akan kejayaan kerajaan-kerajaan Islam ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga harmoni antara agama dan negara, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan yang diwariskan oleh para pendahulu kita.
Editor : M Taufiq Ulinuha
Jumlah Pengunjung : 1,335
Waktu di Indonesia sekarang
Jakarta, CNBC Indonesia - Blackberry mulai melakukan perubahan besar pada perusahaan. Dari sebelumnya pernah menjadi raja HP, sekarang banting setir di bidang software.
Blackberry Limited diketahui membeli Cylance pada 2019 lalu senilai US$1,4 miliar (Rp 21,7 triliun). Perusahaan yang berbasis di Irvine, California telah berdiri sejak 2012.
Cylance mengerjakan pengembangan program antivirus dan jenis software lain untuk mencegah virus dan malware. Cylance menggunakan pembelajaran mesin untuk mencegah adanya pelanggaran pada keamanan.
Dalam presentasi kepada investor, Blackberry memastikan akan lebih fokus pada Cylance. Pengeluaran akan dialihkan untuk pertumbuhan lebih tinggi pada perusahaan yang berbasis di Irvine,California, Amerika Serikat (AS).
Blackberry melaporkan Cylance akan membukukan kerugian inti yang disesuaikan sebesar US$51 juta (Rp 790 miliar) untuk tahun fiskal ini, dikutip dari Reuters, Kamis (17/10/2024).
Sementara itu, Blackberry juga berencana meningkatkan alokasi modal ke bisnis komunikasi aman dan Internet of Things (IoT). Keduanya dirasa menguntungkan dan pendorong pertumbuhan utama.
Saat ini, perusahaan asal Kanada tengah dalam proses memisahkan bisnis IoT dan keamanan siber untuk menjadi independen.
Blackberry juga telah mengeluarkan perkiraan EBITDA pada 2026 mencapai US$50 juta hingga US$60 juta (Rp 775-940 miliar) Jumlah tersebut di atas perkiraan analis senilai US$47,8 juta (Rp 741 miliar)
Untuk pendapatan dari IoT diperkirakan mencapai US$225 juta-US$235 juta (Rp 3,4-3,6 triliun) pada tahun depan. Ekspektasi itu naik dari penghasilan tahun lalu sebesar US$215 juta.
Saksikan video di bawah ini: